Al-Qur’an yang secara harfiah berarti ‘bacaan sempurna’ merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada satu bacaan pun sejak manusia mengenal baca-tulis lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi al-Quran, bacaan sempurna lagi mulia itu.
Al-Qur’an -seperti yang telah kita ketahui bersama- merupakan kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw untuk disampaikan kepada kita melalui bentuk mushaf secara berangsur-angsur.
Al-Qur’an merupakan tali yang kokoh yang dapat menjadikan hidup kita selamat apabila berpegang teguh padanya. Ia juga merupakan ikatan yang teramat sangat kuat (al ‘urwah al-wutsqo) yang tidak akan putus, sebagaimana Firman-Nya:
وَٱعْتَصِمُوا۟ بِحَبْلِ ٱللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا۟ ۚ
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai”. (QS. Ali Imron: [3]: 103).
Tiada Bacaan Seperti Al-Qur’an
Menurut Prof. Dr. Quraish Shihab dalam bukunya “Wawasan al-Qur’an”, tiada bacaan seperti al-Qur’an yang dipelajari bukan hanya susunan redaksi dan pemilihan kosakatanya saja, tetapi juga kandungannya yang tersurat, tersirat bahkan sampai kepada kesan yang ditimbulkannya.
Semua dituangkan dalam jutaan jilid buku, generasi demi generasi. Kemudian apa yang dituangkan dari sumber yang tak pernah kering itu, berbeda-beda sesuai dengan perbedaan kemampuan dan kecenderungan mereka, namun semua mengandung kebenaran. (Wawasan al-Qur’an, hal. 5)
Kian Ditadabburi, Kian Dirindui
Lebih jauh, menurut KH. Afifuddin Dimyathy dalam salah satu karyanya, Ilm at-Tafsir Ushuluhu wa Manahijuhu, al-Qur’an layaknya sebuah permata yang memancarkan cahaya yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang masing-masing. Ia ibarat samudra yang tak dapat dijangkau kedalamannya yang menjadikan mutiara-mutiara yang ada di dalamnya juga takkan pernah habis.
Kekaguman orang terhadap al-Qur’an takkan pernah berakhir, sehingga setiap kali seseorang membacanya dan mentadaburinya, maka akan bertambah pula kerinduan akannya.
(Ilm at-Tafsir Ushuluhu wa Manahijuhu, KH. Afifuddin Dimyathy, hal. Muqadimah)
Al-Qur’an Ibarat Samudera Tanpa Tepian
Imam al-Ghozali dalam karyanya ‘Jawahir al-Qur’an’ memperingatkan betapa sering kita membaca al-Qur’an bahkan menyelami maknanya tanpa berhasil meraih keindahan permata dan mutiara al-Qur’an.
Berikut adalah perkataan beliau, “Wahai orang yang merutinkan dari membaca al-Qur’an, yang menjadikan studi al-Qur’an sekedar pekerjaan, yang menelan makna al-Qur’an dari teks dan kalimat saja, hingga kapan engkau akan tetap berputar-putar di tepi samudra sambil menutup mata dari melihat barang-barang mulia dan langka didalamnya?
Tidakkah engkau menaiki kapal untuk mengamati keajaiban-keajaibannya? Tidakkah engkau pergi ke pulau-pulaunya untuk menikmati keindahan-keindahannya? Tidakkah engkau menyelam ke samudra terdalam agar kau tak hanya puas dengan keindahan-keindahan luarnya saja?
Sampai kapan engkau terus membiarkan diri tetap terhalang melihat permata dan mutiara samudra karena puas melihat keindahan pantai dan tepinya saja? Tidakkah sampai kepadamu bahwa al-Qur’an adalah samudra yang sangat luas nan dalam?
Dari samudra itulah ilmu generasi awal dan akhir digali, sebagaimana digalinya hari-hari dan waktu-waktunya dari perputaran pantainya. Tidakkah engkau merasa iri melihat orang-orang yang menghadang gelombangnya sehingga mendapatkan belerang merah?
Tidakkah engkau melihat orang-orang yang menyelam ke dalamnya untuk mengeluarkan batu yaqut merah, permata berkilau, dan zabarjad hijau, kemudian engkau berenang menyusuri pantai-pantainya mendapatkan minyak ambar, material-material terbaik, bersandar di pulau-pulaunya, memanggil hewan-hewan langka di dalamnya, dan memenangkan barang-barang mulia lain seperti anti toksin dan misik adzfar.
Inilah aku membimbingmu seraya memenuhi hak persaudaraanmu, dan berharap kesediaanmu mengajak orang lain berwisata, menyelam, dan berenang di tengah samudra al-Qur’an”. (Jawahir al-Qur’an, hlm. 21-22)
Demikianlah, betapapun, perkataan beliau di atas dapat menjadi bahan introspeksi bagi kita yang seringkali membaca al-Qur’an dengan tanpa berhasil meraih keindahan permata dan mutiara al-Qur’an agar ke depannya kita dapat semakin merindui, merenungi, dan memimpikan al-Qur’an.
Wallahu a’lamu bishshowab
Kanal Tafsir Mencerahkan
Sebuah media Islam yang mempromosikan tafsir yang progresif dan kontekstual. Hadir sebagai respon atas maraknya tafsir-tafsir keagamaan yang kaku dan konservatif.