Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Al-Hubb dan Beberapa Makna Cinta dalam Al-Quran

al-hubb
gambar: liputan6.com

Cinta (al-hubb) hal yang pasti disenangi oleh tiap pribadi manusia. Dalam pengertian ini cinta tidak melulu perasaan antar dua insan laki-laki dan perempuan. Tetapi turut mencakup perasaan cinta manusia dengan manusia, manusia dengan alam sekitar, cinta manusia kepada Allah dan begitu pula sebaliknya. Sehingga dengan cakupannya yang luas ini, cinta mengalir hampir ke tiap-tiap sendi kehidupan manusia, maka benarlah sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa tiap manusia senang dengan cinta bahkan tidak bisa hidup tanpa cinta.

Liebowitz memberikan pendapatnya terhadap cinta. Menurutnya cinta adalah perasaan positif yang kuat dan dirasakan oleh seseorang. Sedangkan dalam PUEBI definisi cinta hanya dijelaskan perumpaannya ataupun uraian singkat seperti bahwa cinta adalah perasaan suka sekali, senang benar, ingin sekali dan lain sebagainya. Adapun dalam bahasa Arab, kata cinta biasa disajikan dengan kata al-hubb atau juga al-mahabbah. Kata al-hubb merupakan bentuk mashdar dari fi’il حبّ – يحبّ. Pembahasan kali ini akan merujuk pada kitab yang diturunkan atas dasar cinta pula, yakni al-Quran.

Makna Al-Hubb

Dalam al-Mu’jam al-Fahras li Alfadz al-Quran al-Karim kata al-hubb disebut di al-Quran sebanyak 28 kali dalam bentuk yang beragam. Bahkan tidak jarang asal kata al-hubb ini menghadirkan beberapa makna baru menyesuaikan konteks dan maksud dari ayat tersebut. Imam al-Ashfahani dalam kitabnya Mufradat fii Gharib al-Quran menjelaskan cinta dengan kata المحبة yang kata itu sendiri memiliki pembagian sesuai objeknya. Menurut beliau cinta terbagi dalam tiga jenis, yaitu:

  • Cinta terhadap kenikmatan atau yang disukai (المحبة للذة)

Ayat yang beliau jadikan contoh adalah QS. al-Baqoroh ayat 177

وَآتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِى الْقُرْبَى

Arti: “Dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat”

Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa yang diberikan kepada kerabat adalah harta yang disenangi dan dicintai. Selain itu beliau juga memisalkan ekspresi cinta ini adalah layaknya perasaan seorang laki-laki kepada perempuan.

  • Cinta terhadap kemanfaatan (المحبة للنفع)
Baca Juga  Menahan Amarah dan Mudah Memaafkan: Ciri Orang Bertakwa

Cinta yang dimaksudkan disini adalah cinta terhadap sesuatu yang memiliki manfaat. Dalam al-Quran beliau contohkan seperti QS. Ash-Shaff ayat 13

وَأُخْرَى تُحِبُّوْنَهَا نَصْرٌ مِنَ اللهِ وَفَتْحٌ قَرِيْبٌ

Arti: “Dan ada (balasan) lain yang kamu menyukainya (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat.”

Kata cinta pada ayat ini disandarkan pada sesuatu yang memiliki nilai manfaat besar. Yakni berupa pertolongan dari Allah dan juga janji kemenangan yang dekat.

  • Cinta terhadap kelebihan (المحبة للفضل)

Pembagian cinta yang ketiga ini adalah cinta karena ada sesuatu keunggulan atau kelebihan. Jadi cinta yang ada adalah hasil dari kekaguman terhadap sesuatu yang memiliki nilai lebih. Beliau mencontohkannya dengan cinta para ahli ilmu satu sama lain.

Beberapa Makna Lain

Dalam kitab Ishlah al-wujuh wa al-Nadzoir fi al-Quran karya Imam Husein bin Muhammad ad-Damighaniy dijelaskan bahwa kata-kata dalam al-Quran yang menggunakan kata al-hubb ternyata memiliki makna lain selain arti cinta seperti yang kita pahami selama ini.

  • Al-hubb adalah al-Iitsar

Al-Iitsar adalah bentuk perbuatan mendahulukan bahkan mengutamakan orang lain dalam perkara-perkara yang dicintai. Tentunya, hal ini juga dilakukan dengan perasaan cinta atau kasih terhadap yang didahulukan atau diutamakan tersebut. Contohnya pada QS. Al-Hasyr ayat 9:

وَيُؤْثِرُوْنَ عَلَى اَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ

Dan mereka mengutamakan (para Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memiliki keperluan mendesak

  • Al-hubb adalah al-Mawaddah

Al-Mawaddah adalah kata yang lebih sering kita dengar khususnya dalam momen-momen pernikahan. Ya, kata al-mawaddah memang memiliki arti cinta sebagaimana al-hubb. Sebagaimana dalam asmaul husna disebutkan bahwa Allah memiliki sifat al-waduud yang artinya Maha Mencintai. Dari sini bisa kita simpulkan bahwa cinta dalam al-mawaddah ini adalah bentuk cinta yang besar dan agung, yakni seperti cinta Allah kepada hamba yang bertakwa. Contohnya pada QS. Ali Imron ayat 31:

قُلْ اِنْ كُتنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فَاتَّبِعُوْنِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ

Katakanlah (wahai Nabi Muhammad saw.): “Jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosamu”

Kata al-hubb atau al-mahabbah seringkali ditafsirkan dengan makna keinginan atau al-irodah (الارادة). Menurut Imam al-Ashfahani pendapat ini kurang tepat. Menurut beliau cinta itu tidak sama dengan keinginan. Karena dalam cinta pasti ada keinginan sedangkan dalam keinginan tidak ada selalu ada cinta.

Baca Juga  Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 25: Tentang Syurga

Penyunting: Bukhari