Pandemi Covid-19 membuat sebuah perubahan yang tak terduga-duga. Kasusnya tiap hari kian membuat masyarakat resah. Namun, di satu sisi jika masyarakat tetap mengurung diri di dalam rumah dengan alasan agar tidak tertular dengan virus ini. Maka, ekonomi di dalam sebuah keluarga bahkan meluas dampaknya kepada negara akan merosot secara drastis. Karen setiap tindakan memiliki konsekuensi dan ganjaran masing-masing.
Tentu seseorang yang terkurung dalam situasi dan kondisi seperti ini akan menjerit. Dalam istilah yang populer sering kali terdengar “maju kena, mundur pun kena”. Bahkan tak sedikit yang kadang merasa frustasi, pesimis bahkan bunuh diri.
Islam mengajarkan kepada umatnya tentu agar terus optimis, tegar, produktif, teguh bahkan tak mudah menyerah. Karena Allah pada hakikatnya tidak akan menguji seorang hamba kecuali sesuai dengan takaran kemampuannya. Bayangkan, jika seseorang lulus setelah menghadapi ujian yang sulit bahkan tak banyak orang bisa lulus.
Tentu, orang itu akan sangat senang bahkan sangking senangnya dibikin story pada media sosial yang ia miliki. Lalu, bagaimana jika umat manusia terkhusus umat Islam lulus ketika menghadapi ujian berupa musibah daripada sang khaliq.
Ayat Tentang Ujian dan Ganjarannya
Balasan atau ganjaran yang Allah berikan terhadap hamba yang berhasil lulus ketika menghadapi ujian tergambarkan dari QS. Al-Baqarah [2]: 155-157 :
Artinya: “Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Ayat yang telah disebutkan diatas, penulis menemukan bahwa terdapat tiga ganjaran bagi hamba yang lulus setelah menghadapi musibah.
Tiga Ganjaran Mereka Yang Lulus Ujian
Pertama, memperoleh kasih sayang. M. Quraish Shihab menafsirkan ayat tersebut bahwa ketika seseorang ditimpa musibah lalu mengucapkan “inna lillahi wa inna ilaihi rajiun”, maka dia akan mendapatkan sebuah keberkahan. Keberkahan itu sempurna, banyak dan beraneka ragam. Sebagimana difahami dalam bentuk jama’ yang digunakan ayat (diatas) antara lain berupa limpahan ampunan, pujian, menggantikan nikmat sebelumnya dengan suatu yang lebih baik. Dengan demikian keberkatan itu dilimpahkan kepada hamba yang bersumber dari tuhan.
Sedangkan ar-Razi dalam Mafatihu al-Ghaib membedakan Selawat dan Rahmat. Menurutnya, selawat adalah pujian yang agung sedangkan rahmat kenikmatan Allah kepada hambanya yang diberikan dengan segera.
Kedua, memperoleh Rahmat dari Allah. Selain mendapat selawat, manusia yang ditimpa musibah mendapatkan rahmat. Kata “rahmat”, walau sepintas terlihat berbetuk tunggal (mufrad), tetapi karena ia berbentuk kata masdar, maka kata itu sendiri bermakna jamak/banyak. Para pakar bahasa Arab berkata bahwa kata masdar bisa memiliki arti kata tunggal dan juga jamak.
Menurut Quraish Shihab, kita tidak tahu persis makna rahmat Ilahi. Yang pasti, rahmat-Nya bukan seperti rahmat makhluk. Rahmat makhluk merupakan rasa pedih melihat ketidakberdayaan pihak lain. Rasa pedih itulah yang menghasilkan dorongan untuk membantu mengatasi ketidakberdayaan. Bagaimana rahmat Allah? Allah yang maha mengetahui tentang rahmatnya. Kita hanua bisa melihat dampak atau hasilnya yaitu limpahan karunia.
Ketiga, mendapat Hidayah (petunjuk). Kata hidayah ini biasanya dimaknai sama halnya dengan petunjuk walaupun tidak sama persis hakikatnya daripada hidayah. Sebab rasa bahasa yang terkandung dalam kalimat hidayah itu mengandung kekhususan, yaitu petunjuk suci yang datangnya dari Allah.
Hidayah Sebagai Ganjaran
Jadi, kalimat hidayah itu bisa dikatakan semacam hak prerogatif Allah. Sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Al-Qasash [28] ayat 56:
Artinya: “Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.”
Terkait ayat tersebut, M. Quraish Shihab mengatakan bahwa orang-orang yang ketika ditimpa musibah kemudian ber-istirja’ atau mengembalikan segala sesuatu kepada Allah. Maka mereka juga selain mendapat keberkahan dan rahmat juga mendapatkan petunjuk. Bukan saja petunjuk mengatasi kesulitan dan kesedihannya, melainkan juga petunjuk menuju jalan kebahagian duniawi dan ukhrawi.
Sedangkan menurut Razi yang dimaksudkan orang-orang yang mendapatkan hidayah pada ayat diatas ada beberapa pendapat yang ia kutip. Pertama, mereka yang dibimbing menuju kebajikan. Kedua, mereka yang mendapatkan petunjuk untuk bisa masuk ke Surga. Ketiga, mereka yang mendapat petunjuk selain dari kedua tersebut.
Penyunting: Ahmed Zaranggi Ar Ridho
Kanal Tafsir Mencerahkan
Sebuah media Islam yang mempromosikan tafsir yang progresif dan kontekstual. Hadir sebagai respon atas maraknya tafsir-tafsir keagamaan yang kaku dan konservatif.