Agama Itu Untuk Manusia!
Ada pertanyaan mendasar yang perlu kita rumuskan jawabannya sama-sama. Apa itu? Pertama, apakah agama diciptakan dan diwahyukan untuk Allah atau untuk kepentingan manusia? Saya kira jawabannya jelas, agama diperuntukkan kepada manusia. Karena Allah Maha Berkecukupan.Allah tidak perlu siapapun dan apapun, termasuk tidak memerlukan agama.
Kalau begitu, pertanyaan berikutnya, agama diciptakan untuk kehidupan di dunia atau di akhirat? Karena agama boleh dibilang adalah sebuah aturan ibadah dan moral, sedang di akhirat tidak ada paksaan, aturan, pembatasan, ibadah, dan sebagainya. Karenanya simpulan yang bisa diambil ialah agama dibuat untuk kehidupan di sini dan kini. Kalaupun ditambah “sebagai persiapan untuk kehidupan di akhirat”. Tetap saja itu berarti agama diciptakan untuk kehidupan di dunia.
Islam mengajarkan bahwa manusia dan jin diciptakan semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah. Kita juga bertanya, ibadah itu untuk (kepentingan) Allah atau untuk kepentingan kita? Bila kita sepakat bahwa ibadah untuk kepentingan kita, berarti di sini dan kini kita harus menjadi manusia yang utuh secara spiritual, moral, dan sosial.
Makna Sholat yang Akan Dihisab
Dengan demikian apakah tidak keliru membagi ibadah dalam dua kategori, yakni mahdhah (ubudiyah) seperti sholat, puasa, dan sejenisnya dan ibadah ghairu mahdhah (muamalah) seperti sedekah, membagi ilmu, menolong orang sakit dan lainnya? Bukankah kedua bentuk ibadah itu muaranya dan tujuannya satu, yakni menjadikan kita manusia yang lebih utuh dan lebih baik? Lebih baik untuk siapa? Untuk diri dan lingkungan kita di sini dan kini.
Masalah timbul ketika orang memisahkan antara kedua jenis ibadah itu sehingga tekanan hanya lebih diberikan pada ibadah ritual seperti sholat, puasa, haji, umrah, dsb. Diriwayatkan ada hadis yang sering kita dengar bahwa yang pertama kali akan dihisab di akhirat nanti adalah sholat kita. Apakah hadis ini kuat sanadnya? Kalau jawabnya ya, apakah yang dimaksud sholat kita yang mekanikal atau “makna” dan tujuan dari sholat yang kita terjemahkan ke dalam perilaku kita sehari-hari di bumi ini? Jelas bukan sholat yang mekanikal yang akan dihisab di akhirat. Tetapi sholat yang membawa perubahan positif bagi perilaku kita.
Dari sini, bila kita sepakat bahwa agama tiada lain tujuannya untuk memperbaiki dan meninggikan derajat kemanusiaan kita di bumi. Maka agama akan berjaya dan akan menjadi pegangan yang berharga bagi manusia. Agama akan menjadi pembimbing bagi perbaikan kehidupan kemanusiaan.
Hikmah Kejatuhan Adam dari Surga
Pada salah satu pengajiannya, Prof. Dr. Quraish Shihab menjelaskan mengapa Allah mencipta Adam di surga, baru kemudian diturunkan ke dunia. Mengapa tidak langsung diciptakan di bumi. Jawabnya, karena Allah memberi kesempatan kepada Adam untuk melihat surga terlebih dahulu agar nanti di bumi sebagai khalifah Allah dapat menciptakan kehidupan surgawi di dunia, yakni kehidupan yang makmur, subur, damai, bebas dari kelaparan, ketakutan, dan kemiskinan. Itulah tugas utama khalifah Allah di bumi dan itulah pula esensi dari beragama.
Agama dalam bahasa Arab disebut sebagai ad-Din. Din dapat juga diartikan sebagai cara hidup. Suatu sistem, pedoman hidup, dan juga peraturan-peraturan yang menyeluruh tentang tata cara hidup yang benar. Sekali lagi, yang dimaksud dengan hidup adalah kehidupan di sini dan kini.
Islam adalah ad-Din yang telah diwahyukan Allah kepada Rasulullah SAW sebagai rahmat bagi semesta alam. Ia adalah ad-Din yang berintikan kepada dua hal: iman dan amal. Sedangkan kehidupan di akhirat digambarkan dalam al-Quran, tetapi ia bukan merupakan bagian dari aturan agama.
Tujuan Diwahyukannya Agama
Agama dan wahyu Allah juga diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia karena keterbatasan jangkauan akal manusia dan sifat-sifat dasar manusia yang cenderung lemah. Fitrah manusia yang pada awalnya baik dan bahwa manusia sebagai ciptaan Allah yang terbaik (ahsanu taqwim), berpotensi jatuh ke dalam jurang yang paling rendah bila tak dibimbing oleh wahyu Tuhan.
Kejatuhan manusia yang menyebut dirinya beragama namun banyak menimbulkan kesengsaraan adalah akibat kesalahan dalam menafsirkan makna beragama. Agama dipandang sebagai tujuan akhir, bukan jalan untuk mencapai ridha Allah. Agama telah disalahgunakan sebagai alat untuk membela kepentingan kelompoknya dengan memusuhi mereka yang tidak sejalan dengan keyakinannya.
Akibatnya banyak terjadi kekacauan yang menimpa ummat di mana-mana dan orang di luar Islam kemudian salah menilai Islam dengan melihat perilaku buruk sebagian muslim sebagai representasi Islam sebenarnya. Semoga Allah memberi petunjuk dan mengembalikan kita semua ke jalan yang lurus.
Editor: M. Bukhari Muslim
Leave a Reply